Roxy sahabatku, pa kabar? di mana kamu sekarang? Gimana hubunganmu ma Nani? Masih, apa udahan? Kalo masih, udahlah, jangan selingkuh lagi. Untung aja Nani gak tau, kalo tau, bisa diambilnya nyawa kau itu...hehehe...

Rox, ternyata aku butuh waktu beberapa tahun buat ngerti apa yang kmu rasain saat itu, tentang ’keadaan’ sister. Pasti sakit banget ya rasanya ngedapetin orang yang kita sayang seperti itu. Kita berharap bisa balik ke masa en nyegah semuanya terjadi ya. Kadang, entah dari mana, harapan itu terlihat nyata banget, dan semuanya terasa sangat mungkin, tapi realitanya...masa lalu memangseperti hantu, setidaknya bagi kita berdua.

Sebenernya, gimana cara kamu overcome perasaan kmu saat itu? Apa kamu bener-bener sayang ma sister. Kalo sister bukan selingkuhanmu en dia pacar kmu beneran, apa kamu bisa menerimanya seperti kamu menerima dia saat itu? Bagaimana dengan Nani?

Klo kamu ada saat ini, kamu pasti akan menjawabnya panjang lebar, karena yang kutahu, kau gak pernah nolak untuk terbuka ma aku. Kamu bakal cerita beberapa menit sebagai pemanasan. Beberapa saat kemudian, pas matamu udah mulai menerawang dan nafasmu terlihat lelah, kamu bakal masuk kamar ngambil gitar en beberapa botol air aki. Aku inget betul suaramu yang sebenarnya jelek itu, terdengar keras dan menusuk genderang telingaku. Tapi toh aku gak keberatan. Mungin karena aku sudah terlalu mabuk atau mungkin juga karena kita sama-sama mengerti bahwa suara kita sama-sama jelek? Entahlah, kita tidak gak pernah sempat membicarakan itu. Yang kuingat hanya wajahmu yang merah padam, duduk sendiri di tembok dan melihat ke langit malam itu (aku lupa tanggal, bulan n tahun berapa). Kau terlihat sedih sekali.

Saat itu aku mencoba untuk mengerti. Tak disangka, kini setelah sekian tahun aku baru bisa mengerti. Dan kalau aku boleh jujur, aku sebenarnya gak pengin ngerti saja, karena ternyata terasa sangat perih. Kini setiap kali aku mengingatmu, aku seperti tahu apa yang kau pikirkan malam itu. ’Kenapa? kenapa aku harus bertanggung jawab untuk sesuatu yang tidak pernah aku lakukan?’ saatitu kau pasti berpikir seperti itu.

Tidak ada jawaban pasti dan aku pun yakin kalau saat itu kau menanyakan itu pada sister, dia pun tidak bisa menjawabnya. Ternyata dalam hidup tidak semua buah yang kita terima adalah benih yang pernah kita tabur, ya bro.

Aku merindukannya. Aku merindukan saat-saat kita bisa berbicara terbuka dengan mata berat dan otak setengah bekerja itu. Tapi sorry, aku sudah berhenti mabuk bro. Bagaimana denganmu? Kalau kau masih suka mabuk, berhentilah. Itu saranku, berhentilah! Dia merusak akal sehatmu dan mengacaukan ritme tempramenmu. Berhentilah merusak diri sendiri. Karena siapapun pacarmu sekarang, bila dia benar-benar mencintaimu, dia pasti juga menginginkan hal yang sama denganku. Hehehe...jangan salah ngerti, aku tidak mencintaimu, katakan saja...aku mengkuatirkanmu, karena aku ngerti kamu, karena kita sahabat. Setidaknya pernah.

Apa kabar David? Apa kabar Mas Os? Apa kabar orang rumah? Aku ingat malam saat aku di kamarmu. Malam itu kamu lagi main game sementara aku hanya diam merasakan dada yang terhimpit saat kita dengar nada sms di hp ku. Renny, nama itu yang ada di layar. Wajar aku seneng, tapi yang aneh kenapa kau juga kelihatan begitu gembira? Hanya ada satu jawaban logis; kau merasakan apa yang aku rasakan saat itu. Bersyukurlah karena kita tak bersama kesokan harinya saat Renny memutuskan untukmeninggalkanku. Aku sudah terlalu berat menahan emosiku sendiri untuk menenangkanmu yang pasti akan bereaksi lebih keras dariku bila saat itu kau ada di tempat itu....

Ah, Roxy...kau memang sahabat yang baik. Di manapun kau kini berada dan Rapapun kabarmu, jaga dirimu baik-baik. Sahabat memang datang dan pergi, tapi persahabatan sepertinya memang bertahan lebih lama ya....

0 komentar: