Kalimat sebuah bahasa ternyata tidak bisa ditranslate ke dalam kalimat bahasa lainnya selalu dengan sempurna. Karena kata dan frase sebagai pembentuk kalimat, seperti halnya produk budaya manusia lainnya, proses pembentukannya terpengaruh dari banyak hal. Sesuatu yang kuat, yang nilainya hendak diabadikan dalam kata itu sendiri.

Sebagai sebuah bangsa yang memiliki mobilitas yang sangat tinggi, bangsa indonesia mengenal
kata ’tanah tumpah darah’, ’tanah air’ dan ’kampung halaman.’ Bila frase-frase tersebut ditranslate ke bahasa inggris, maka padanan kata yang menyerupai adalah ’homeland,’ sebuah kata yang secara harfiah bertransformasi menjadi frase ’tanah rumah’ atau ’tanah kembali.’ Tanpa bermaksud untuk membuat rumit sesuatu yang sederhana, ternyata fakta dibalik realita ini cukup menarik untuk diketahui.

Images_1Bangsa Indonesia mengenal frase ’tanah tumpah darah.’ Frase ini bagi sebagian orang terasa mengerikan sebaliknya bagi sebagian lainnya memiliki aura herois. Tanah tumpah darah, sebuah tanah dimana darah ditumpahkan. Sebuah kondisi yang berarti terluka parah atau bahkan dibayar dengan nyawa bagi si pemilik frase tersebut. Pembentukan frase ini bukan merujuk pada kekerasan yang acap terjadi di negeri merah putih sekarang ini, namun jauh ke masa lalu, frase ini terbentuk karena
nilai historis. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari bangsa koloniallah yang kemudian membentuk frase ini.
Mereka
mempertahankan tiap jengkal tanah ini meskipun harus menumpahkan darah hingga kering.

Frase ’tanah air’ berbeda lagi. frase ini terbentuk untuk menceritakan kondisi geografis si
pemilik frase ini. Nusantara yang membujur dari ujung timur hingga ujung barat terdiri dari jajaran pulau dan laut. Hal inilah yang kemudian melahirkan frase tersebut. Jadi tidak cukup tepat bagi, misalnya, bangsa arab yang tidak mempunyai pantai menggunakan frase tersebut.

Frase ’tanah tumpah darah’ hampir sama dengan kata ’homeland’ – nya inggris. Mereka
sama-sama merujuk pada nilai sejarah. Bangsa inggris yang merupakan bangsa pengembara menggunakan kata tersebut untuk menceritakan tanah kelahiran mereka yang jauh. Ada nilai melankolis di sini mengingat ’home’ berbeda dengan ’house.’
’Home sendiri bisa berarti ’yang berhubungan dengan rumah’ dan bisa juga berarti ’pulang.’ Saat mengatakan kata itu mereka seakan-akan bercerita bahwa mereka punya tanah kelahiran yang terletak (relatif) jauh dan ke sanalah mereka akan pulang.

Nilai kata ’home’ sendiri kemudian secara fleksibel bisa ditransformasi untuk nilai-nilai
romantisme.
Dua orang kekasih yang saling mencintai bertemu dan berkata, ’I feel home.’ Atau pada saat seseorang berkata, ’let’s go home’ pada seseorang yang lain yang tersesat jiwa dan raganya dan kemudian orang tersebut menjawab, ’I have no more home.’ Terjadi kesulitan saat mentranslate percakapan tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Bukan karena struktur bahasanya tapi lebih pada diksi, nilai kata itu sendiri. Sebuah sinetron pernah mengadopsi percakapan tersebut ke dalam bahasa indonesia. Percakapan itu kemudian menjadi, ’Mari kita pulang,’ dan dijawab, ’aku tak lagi punya pulang.’ Tidak hanya kemudian menjadi asing di telinga, percakapan itu sendiri kemudian kehilangan rasa romantisme yang sebenarnya hendak ditonjolkan. Memang sebuah dilema, karena percakapan itu juga tidak bisa ditranslate menjadi, ’mari kita pulang ke rumah,’ dan dijawab, ’aku tak lagi punya rumah.’ Secara struktur bahasa, percakapan ini jauh lebih lugas, namun memiliki nilai yang melenceng jauh dari aslinya.

Images2Kembali ke prinsip dasar komunikasi. Komunikasi terjadi karena ada minimal 2 pihak yang saling memberikan pesan. Bagaimanapun cara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu saling memberikan pesan, seaneh apapun itu, bila pesan-pesan yang disampaikan bisa dimengerti oleh masing-masing pihak maka bisa dikatakan komunikasi tersebut berjalan tanpa masalah. Seseorang yang terlalu grogi untuk mengatakan ’aku sayang kamu’ pada seseorang yang disayangi bisa saja
menyampaikan pesannya melalui surat dan bunga atau lebih dari itu dia bisa menyampaikannya dengan surat berharga atau bunga deposito. Well…

0 komentar: