Memang benar, kita memang berasal dari cerita yang jauh
kusadari itu kini.
Saat aku tiba di pendapa kota
Kau berdiri di sana, menatap ke utara
dan menggambar padaku sebuah aksara
Tentang nestapa
Tentang sebuah karma

Kutawarkan padamu sebuah mantra
Karena kulihat sesuatu yang tak kau lihat
ada dalam rautmu
Air mata yang seperti magma
dan belas yang adalah iblis
Mengutuk senja dalam pelupuk matamu
perih...

Suatu kali kau berkata
”Tuan, bebaskan aku”
Dan kuselamatkan dirimu.
Karena memang benar yang kutakutkan
adalah selamat tinggal yang kekal
Yang mengantarku jauh di ujungmu
Sempat, meski hanya sesaat
aku berpaling

Dan kulihat kau berdiri di sana, menatap ke utara
jauh diantara kaligrafi cahaya.
Seakan kau telah berdiri di sana
Untuk selama-lamanya...

0 komentar: