Seorang pengembara dari negeri yang jauh tiba di sebuah kerajaan yang berduka
Tuan Raja sedang sedih luar biasa karena putri kerajaan sakit keras tak terkira
Para tabib pun menyerah dan para dokter pingsan melihat penyakitnya
Tuan Raja menjanjikan emas dan permata
bagi siapapun yang bisa menyembuhkan sang putri tercinta
Pengembara itu lalu datang ke istana
Tuan Raja yang putus asa membiarkannya bertemu dengan putrinya.
Saat melihat wajah pucat itu, betapa kagumnya Sang Pengembara
Melihat keindahan yang melebihi 1000 kota
Ia tahu, ia telah jatuh cinta.
Di samping sang putri ia lalu bercerita
Tentang Salahudin hingga Atilla
Tentang Aladin dan negeri persia
Tuan Putri terkesima, betapa indah dunia laksana nirwana
Ia pun tersentuh dan jatuh sembuh jiwa raga
Saat melihat mata Sang Pengembara
Ia tahu, ia pun sedang jatuh cinta
Sang Raja gusar bukan kepalang dibuatnya
Diberikan emas dan permata seperti yang dijanjikannya
Namun Sang Pengembara tak menginginkannya
Ia hanya mau Sang Putri sebagai hadiahnya
Sang Pengembara diseret ke dalam penjara
Ia dicambuk dan didera
Dicukil matanya dengan taring singa
agar tak lagi melihat sang juwita
Dibakar wajahnya dengan besi membara
agar tak lagi ada yang mengenalnya
Dan diberai isi perutnya di bawah panas yang menggila
Sang Pengembara melolong menahan sakit tak terkira
Sebelum akhirnya mengerang meregang nyawa
Sang Putri begitu menderita
mengetahui yang tercinta telah pergi untuk selamanya
Hatinya penuh dendam dan luka
Ia mengutuk semua penghuni kerajaan yang ada
dan menjual jiwa pada Sang Angkara
Tergetarlah langit arcapada saat Sang Angkara tertawa
Melihat Sang Putri bersimpuh di lututnya
Lalu ia jadikan Sang Putri sakti mandraguna
dan dicabutlah jiwanya
Tak pelak, seluruh dewa pucat dibuatnya
Maka pada malam bulan purnama ia mengadakan pesta
Tanpa kecuali seluruh rakyat diundangnya
Tanpa tahu dalam hidangannya
telah tercampur racun dan bisa
Dengan pisau terhunus ia menemui Sang Raja
Kekejamannya sungguh tak terkira
Ia memotong leher Sang Raja
Dan memakan mentah-mentah jantungnya
Setelah itu ia membakar habis negerinya
Maka mata pagi buta berwarna merah menyala
Karena api dendam telah menunjukan kuasanya
Seluruh negeri telah binasa
Bangkai dan mayat manusia tiada berbeda
Sang Putri lalu mencari kekasihnya di neraka
Bala tentara Raja Neraka menghadangnya
Namun panasnya dendam melebihi sejuta magma
Neraka pun menggigil membeku pada akhirnya
Menghadapai amuk sedasyat murka
’Pergilah,’ Raja Neraka akhirnya berkata
’Neraka bukanlah tempat untuk manusia baik sepertinya
Pergilah ke sorga karena disanalah tempatnya berada
Tapi hanya orang terpilih yang tahu jalannya
Dan kau bukan salah satu diantaranya’
Sang Putri menemui orang sudra dan memintanya
menunjukan jalan menuju sorga
Namun Sang Sudra hanya bisa bekerja
Sang putri murka dan menyembelihnya
Sang Putri bertemu dengan seorang waisya dan bertanya
kemana jalan menuju sorga
Namun Sang Waisya hanya bisa berniaga
Sang Putri murka dan menggoroknya
Sang putri bertemu dengan seorang ksatria dan bertanya
dimana jalan menuju sorga
Namun sang Ksatria hanya bisa belajar menggapai cita
Sang Putri murka dan merebusnya
Pada akhirnya Sang Putri bertemu dengan seorang Brahmana
Orang tua bijak itu tertegun tak percaya
Melihat mata tiada berjiwa
Hanya kekejaman yang tersisa di dalamnya
’Kau tak boleh bertemu denganya,’ nasihat sang pendeta
’Karena 1 tahun dunia adalah 500 tahun baka
7 kehidupan dunia telah dilaluinya hingga terbebas dari lingkaran samsara
dan kini ia telah moksa terbebas dari karma
Kehadiranmu tiada lagi berguna.’
Namun Sang Putri tak percaya dan membelah kepalanya
1 tahun berjalan dalam garis sang kala
Tak terhitung nyawa yang dicabutnya
Tak sadar hatinya telah dingin binasa
Tersesat dalam gelapnya dendam brama
Setelah melewati bintang kejora hingga kuburan bangsa aria
Tibalah Sang Putri di sebuah waktu yang tak pernah tua
Di situlah Sang putri tahu, ia telah sampai di gerbang nirwana
Langkahnya gontai namun hatinya bahagia tak terkira
Mengira kekasih akan menyambutnya
Namun yang terlihat adalah muara segala siksa
Melihat Sang pengembara dalam pelukan seorang bidadari sorga
Dengan hati remuk redam, Sang Putri menghampiri dan menariknya
Diperlihatkan padanya kalung pemberian tanda cinta
Diingatkan padanya sejuta janji setia
Namun saat Sang Putri melihat matanya
Ia sadar, Sang Pengembara sudah tak lagi mengenalnya
Sang putri berlari hingga ujung dunia
Ia meraung seraya mengutuk langit, bumi dan segala yang ada
Air matanya yang hitam seperti jelaga
Namun hanya kesunyian yang menghampirinya
Sesal dikemudian tiada berguna
Sang Putri tergolek lemah tak berdaya
Dengan pisau menancap di dadanya
Sesal dan pasrah membungkus rasa
Sejenak ia teringat akan wajah kekasihnya
Juga Aladin dan negeri Persia
Namun semua hilang tersapu dinginnya angin senja
Di sana, Sang Putri menutup kehidupannya
Haru menusuk, hingga para dewa mengampuni dan mencintainya
Yang Tak Berjiwa moksa menjadi angin senja
Agar ia bisa selalu berada di sisi Sang Pengembara
Dan memberi kehidupan dalam tiap nafasnya...
0 komentar:
Posting Komentar